Perasaan Benci Berlebihan pada Lawan Jenis Saat Pubertas: Normal atau Gangguan?
Perasaan Benci Berlebihan pada Lawan Jenis Saat Pubertas: Normal atau Gangguan?
Ketika memasuki masa pubertas, sebagian remaja sering merasakan sebuah emosi aneh: rasa benci berlebihan terhadap lawan jenis yang tingkahnya dianggap “mengganggu”, “menyebalkan”, atau “aneh”. Dalam bahasa Jawa, perasaan ini sering disebut “semengit”, namun dalam bahasa Indonesia kita bisa menyebutnya sebagai aversi mendalam atau penolakan emosional terhadap lawan jenis.
Pertanyaannya, apakah perasaan ini normal? Atau justru sebuah tanda gangguan psikologis? Artikel ini akan membahas fenomena ini secara ilmiah.
Apa Penyebab Remaja Mengalami Penolakan Emosional pada Lawan Jenis?
Menurut psikologi perkembangan, masa pubertas adalah fase di mana hormon, otak, dan emosi sedang mengalami perubahan besar-besaran. Kombinasi perubahan itu membuat remaja lebih sensitif terhadap perilaku orang lain—terutama lawan jenis.
1. Peningkatan Hormon
Hormon seksual seperti testosteron dan estrogen mulai meningkat. Namun, pada awal pubertas, hormon ini belum stabil sehingga dapat memicu:
- mudah marah,
- gampang tersinggung,
- munculnya rasa risih terhadap lawan jenis,
- emosi yang naik-turun tanpa sebab jelas.
Gabungan itu dapat membuat remaja menolak lawan jenis yang tingkahnya dianggap tidak sopan, berisik, atau 'mengganggu'.
2. Perubahan Cara Kerja Otak
Penelitian menunjukkan bahwa otak remaja mengalami perkembangan besar pada bagian prefrontal cortex dan sistem limbik. Bagian ini mengatur:
- emosi,
- rasa malu,
- kontrol diri,
- penilaian sosial.
Ketika otak belum stabil, remaja bisa merasa benci berlebihan pada seseorang yang sebenarnya hanya berperilaku biasa saja.
3. Rasa Ketertarikan yang Belum Bisa Diolah
Secara biologis, pubertas memunculkan ketertarikan seksual secara alami. Namun, banyak remaja belum mampu mengolah rasa itu. Akibatnya, ketertarikan justru muncul dalam bentuk sebaliknya: penolakan, malu, agresif, atau benci berlebihan.
“Aku benci dia!” Padahal secara tidak sadar… remaja tersebut mungkin merasa tertarik atau merasa diperhatikan oleh lawan jenis itu.
4. Faktor Lingkungan dan Budaya
Di beberapa daerah, remaja diajarkan untuk menjaga jarak dari lawan jenis. Norma seperti ini bisa membuat interaksi terasa canggung dan berakhir menjadi rasa tidak nyaman.
Apakah Perasaan Ini Normal?
Ya, sangat normal. Aversi mendalam terhadap lawan jenis pada usia 10–15 tahun merupakan bagian dari proses perkembangan psikososial.
Fenomena ini juga umum ditemukan di banyak budaya, termasuk:
- anak laki-laki yang merasa risih dengan anak perempuan yang cerewet,
- anak perempuan yang merasa jijik atau kesal dengan anak laki-laki yang usil.
Seiring bertambahnya usia, emosi ini biasanya memudar dengan sendirinya.
Kapankah Ini Menjadi Tidak Wajar?
Perasaan ini bisa menjadi masalah jika:
- bertahan hingga usia dewasa,
- menghancurkan kemampuan bersosialisasi,
- membuat seseorang membenci seluruh lawan jenis tanpa alasan,
- jika disertai trauma masa kecil atau pengalaman buruk terhadap lawan jenis.
Jika gejalanya parah, bantuan psikolog bisa diperlukan.
Bagaimana Mengatasinya?
1. Edukasi tentang Pubertas
Remaja perlu memahami bahwa perubahan emosi adalah hal yang normal. Pemahaman ini saja sudah cukup untuk meredakan kecemasan.
2. Latihan Kontrol Emosi
Membiasakan pola napas, journaling, atau memperhatikan pemicu kemarahan bisa membantu.
3. Meningkatkan Interaksi Positif
Melakukan aktivitas kelompok (bukan berdua) dapat membantu remaja memahami bahwa lawan jenis tidak seseram yang dibayangkan.
4. Konsultasi Psikolog (Jika Diperlukan)
Bila perasaan benci sangat ekstrem hingga memengaruhi hubungan sosial, terapi kognitif-perilaku (CBT) dapat membantu menormalkan pola pikir negatif.
FAQ: Pertanyaan yang Sering Ditanyakan
1. Apakah rasa benci pada lawan jenis saat pubertas itu wajar?
Ya, wajar dan normal. Ini adalah bagian dari perkembangan emosional.
2. Apakah perasaan ini akan hilang?
Biasanya hilang seiring bertambahnya usia dan kematangan emosi.
3. Apa penyebab paling umum?
Perubahan hormon, perkembangan otak, dan rasa canggung terhadap ketertarikan awal.
4. Apakah harus ke psikolog?
Hanya jika rasa benci sangat ekstrem dan mengganggu kehidupan sosial.
Artikel Terkait
Semoga artikel ini bermanfaat bagi para remaja, orang tua, maupun pendidik. Jangan lupa baca artikel lainnya di blog ini!

0 Response to "Perasaan Benci Berlebihan pada Lawan Jenis Saat Pubertas: Normal atau Gangguan?"
Post a Comment